Kamis, 16 Juni 2011
Seondeok, Ratu Bijaksana Yang Dianugrahi Kecerdasan dan Intelektualitas
Seondeok memerintah sebagai Ratu Silla, salah satu kerajaan di era tiga kerajaan, dari 632-647 masehi. Seondeok adalah Ratu ke 27 yang memerintah Silla, dan ratu pertama sepanjang sejarah berdirinya negara-negara Semenanjung Korea. Dia memerintah di akhir periode tiga kerajaan, ketika banyak sekali pemberontakkan terjadi diantara Silla, Baekje, Goguryeo dan juga Kerajaan Tang dari China. Ratu Seondeok menggunakan kecerdasan, kecerdikan dan pesonanya untuk memerintah kerajaannya, serta menjaga pertarungan berat dalam pertarungan dengan dua kerajaan lainnya. Selama pemerintahannya, ajaran Budha berkembang pesat, dan aliran Budha Zen (Seon) mulai diperkenalkan di Korea. Aspek Kebudayaan dan Pendidikan sangat diutamakan di bawah kepemimpinannya. Hanya perlu beberapa dekade untuk mengontrol Baekje dan Goguryeo. Hampir seluruh kerajaan di bagian selatan Semenanjung Korea berhasil diunifikasi untuk pertama kali hanya beberapa dekade setelah pemerintahannya.
Sejarah Seondeok,
Raja Jinpyeong dan penasihatnya menghadapi dilema yang dasyat saat harus memilih penerusnya. Jinpyeong yang sudah memerintah hampir 40 tahun lamanya., hanya memiliki 3 orang putri, dan tidak memiliki anak laki-laki sama sekali. Dia lalu mengirimkan permainsurinya ke kuil untuk dijadikan biarawati, dan mengawini selir lain, tetapi tidak juga berhasil memiliki seorang putra. Selama pemerintahan Dinasti Silla, hanya seseorang dari turunan "tulang murni" (Seonggol--Orang yang kedua orang tuanya juga turunan tulang murni) yang bisa memerintah kerajaan. Semakin bertambahnya waktu, semakin sulit untuk memenuhi persyaratan keturunan ini. Keturunan Seonggol dari waktu ke waktu mengalami penurunan secara bertahap.Hanya 3 putri Raja Jinpyeong dan sepupunya, Raja Seungman yang bisa memenuhi persyaratan ini. Kandidat yang paling memiliki kualifikasi dari golongan Jinggeol adalah Kim Youngchun, namun pada akhirnya Seondeok yang terpilih sebagai penerus Jinpyeong. Karena ia merupakan keturunan tulang murni dan disetujui oleh Raja Jinpyeong, serta para penasihatnya
Meskipun saat itu di Silla mengizinkan adanya penguasa perempuan, pada periode tertentu, seperti Ratu, serta kepala daerah perempuan, tetap saja, seorang Raja perempuan bukanlah suatu yang biasa. Perempuan Silla bisa menjadi kepala keluarga sejak keturunan garis matrilineal sama derajatnya dengan garis keturunan patrilineal dan saat dimana ajaran Konfusius yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinate di bawah laki-laki belum begitu populer di Korea. Sampai kemudian ajaran Konfusius berkembang di era Dinasti Joseon. Sehingga selama pemerintahan dinasti Silla, status perempuan relatif tinggi. Meskibegitu, perempuan belum pernah dipilih sebagai penguasa sebelumnya. Sebelum memilih Seondeok sebagai penerusnya, Raja Jinpyeong dan para penasihatnya melakukan perenungan yang mendalam. Hanya beberapa dekade setelah itu, tidak ada lagi calon dari golongan "Tulang Murni" yang bisa dipilih sebagai penguasa, dan singgasana kerajaan terpaksa turun kepada seorang laki-laki dari "Tulang Sampingan" (Jingol Man).
Pada tahun 634 Masehi, Seondeok menjadi penguasa tunggal Kerajaan Silla, dan memerintah hingga tahun 647 MAsehi. Dialah penguasa perempuan pertama dari Kerajaan Silla dan berbeapa saat kemudian digantikan oleh sepupunya Ratu Jindeok, yang memerintah hingga tahun 654 Masehi.
Seperti Ratu Elizabeth I dari Inggris, Seondeok mendorong kemajuan dalam bidang keilmuan, literatur, dan seni yang memiliki pengaruh kuat dalam budaya Silla. Dia juga mencorong perdamaian dan keseimbangan antara kelompok beragama di Korea yang beraneka ragam jenisnya.
Periode keseharian pemerintahan Ratu Seondeok banyak diwarnai kekerasan, pemberontakan, dan perang dengan kerajaan tetangganya, Baekje. Tidak sampai 14 tahun memerintah di Korea, ia menggunakan kekuasaanya, untuk meraih suatu keuntungan besar. Dia menjaga keberlangsungan dan hubungan baik dengan kerajaan China, dengan memberikan beberapa beasiswa dan mengirimkan rakyatnya untuk belajar di sana.
Seperti Dinasti Tang yang dipimpin oleh permaisuri Wu Zetian, ia tertarik pada Buddhisme dan memimpin pembangunan kuil Buddha. Ajaran Budha telah perlahan-lahan memperoleh popularitas pada abad itu dan digunakan sebagai dasar pemerintahan Seondeok. Selama periode ini beberapabiarawan Korea yang paling terkenal kembali dari belajar di China . Dua biarawan terkenal pada zaman ini adalah, Weon'gwang (圆 光 c. 570 -) dan Jajang (慈 藏). Sekembalinya, mereka dari China, mereka membawa banyak tulisan suci, dan aktif dalam penyebaran agama Budha di Korea.
Kedua biksu ini kemudian mengkonstruksi candi Budha. Jajang, yang adalah seorang sarjana terkenal yang cukup besar dalam bidang Gyeyul dan Weonyung, dia terkenal karena telah menjadi kekuatan utama dalam mendirikan sangha Korea (komunitas biara), dan membantu keberlangsungan lembaga yang mendukung ajaran Buddha, sebagai agama nasional. Hal ini semakin memperkuat dokumentasi, bahwa Ratu Seondeok mempelajari ajaran Budha dengan sangat serius dan ditahbiskan menjadi biarawati. Sejumlah besar kuil Budha ia bangun, dan diserahkan pengelolaannya kepada biarawan Jajang dan biarawan lain selama pemerintahannya.
Berikut ini beberapa bangunan di antara banyak bangunan yang dibangun Ratu Seondeok pada masa pemerintahannya :
1. Kuil Hwangnyongsa,
Dibangun setelah jaman Yi Ch'a-don, menghabiskan waktu 93 tahun dan bru selesai selesai pada tahun 645 Masehi, atau selama pemerintahan Ratu Seondeok. Hwangnyongsa dikenal sebagai pagoda kayu yang sangat besar dengan tinggi 224 meter dan luas 78 meter persegi. Pagoda ini terdiri dari delapan pilar batu setiap sisinya. Pagoda ini juga dibangun dengan 60 batu pondasi.Namun saat ini, tidak ada satupun yang tersisa kecuali batu fondasi, tetapi candi ini akan direkonstruksi seperti tampak sebenarnya.
2. Kuil Tongdosa,
Didirikan pada tahun kelima belas saat pemerintahan Ratu Seondeok oleh Biksu Jajang. Ia telah membawa kembali peninggalan Buddha dari Cina ketika dia kembali dari belajar disana. Kemudian mengabadikannya dalam relik yang ada dalam Kuil Tongdosa sebagai fokus utama dari keimanan. Hal ini membuat Tongdosa masuk bagian dari beberapa candi Budha yang tidak memiliki patung Buddha di ruang doa utamanya. Tongdosa dikenal sebagai salah satu dari tiga candi permata Korea, yang mewakili Sang Buddha. Kuil Buinsa sebuah kuil yang berafiliasi dengan Tongdosa dibangun pada abad ketujuh. Kuil ini dibangun saat pemerintahan Ratu Seondeok, di mana ritual peringatan untuk Seondeok masih diadakan setiap tahunnya.
3. Kuil Bomunsa
Dibangun di Pulau Seokmodo, Ganghwado Barat. Di pulau inilah dikatakan telah dibangun Kuil Bomunsa oleh Ratu Seondeok tahun 635. Juga dikatakan bahwa Candi Seondeoksa di Hallasan diberi nama yang berasal dari nama Ratu Seondeok. Selain itu juga ada kuil Mangwolsa yang dibangun pada tahun ke-8 pemerintahan Ratu Seondeok. Kuil ini menghadap ibukota Silla, dan dipercaya telah memberkati Dinasti Silla dengan kemakmuran. Legenda juga mengatakan bahwa Ratu Seondeok telah membangun Kuil Namyang untuk mengabadikan napak tilas Budha di Daegu.
4. Menara Pengamat Bintang, Cheomseongdae,
Sebuah observatori astronomi yang dibangun pada masa pemerintahan Ratu Seondeok. Selain minatnya dengan ajaran Buddha, Ratu Seondeok juga sangat tertarik dengan berbagai budaya daerah, termasuk astronomi dan budaya Cina. Dia memperkenalkan gaun pengadilan Cina dan adat istiadat dan mengirim siswa berbakat dan sarjana dari kerajaan untuk belajar di Cina. Silla juga membantu Korea memperkuat hubungan dengan Dinasti Tang dari Cina, sebuah aliansi yang nantinya akan membantu Silla memenangkanpertempuran melawan Baekje dan Goguryeo. eondeok juga mengirim banyak prajurit Hwarang muda untuk belajar seni bela diri di Cina. Para prajurit ahli inilah yang kemudian membantu Silla untuk mempertahankan diri dari penaklukkan Dinasti Tang Cina.
Seondeok sangat berminat dalam bidang astronomi dan membimbingnya untuk membangun sebuah Menara Bulan dan Bintang, atau yang dikenal dengan nama Cheomseongdae (ditahbiskan sebagai kekayan budaya nomor # 31). Cheomseongdae dibangun pada tahun 634 masehi, dan merupakan observatorium tertua yang ada di Asia Timur. Bangunan ini terletak di ibukota Silla tua di Gyeongju, Korea Selatan.
Bentuk observatorium dianggap mengikuti teori dasar Cina "bulat berarti surga, persegi berarti bumi", bangunan dengan 27 tingkat batu ini (Ratu Seonduk adalah penguasa ke-27 Dinasti Silla) memiliki empat set paralel batu untuk membuat struktur berbentuk persegi di atasnya. Ujung palang sejajar mencuat beberapa inci dari permukaan dan menjadi penyangga sebuah tangga yang digunakan untuk mencapai puncak. Ke-12 batu dasar berbentuk persegi panjang diposisikan mengelilingi observatori itu, tiga batu di setiap sisi, mewakili empat musim dan dua belas bulan dalam setiap tahun.
Legenda tentang Seondeok,
Dipercayai bahwa Seondok dipilih sebagai penerus ayahnya karena kecerdasan dan persepektif yang dimilikinya saat masih kecil. Salah satu cerita yang terkenal menggambarkan, bahwa ketika Seondeok berumur tujuh tahun, ayahnya menerima sebuah kotak biji pohon peony dari kaisar Cina. Hadiah itu disertai dengan sebuah lukisan bunga. Melihat gambar bunga itu, Seondeok mengatakan untuk sementara bunga itu kurang indah karena tidak harum. "Jika bunga itu harum, pasti akan ada kupu-kupu dan lebah yang mengelilingi bunga di lukisan itu." Hasil pengamatannya tentang kurang baiknya bunga peony itu terbukti benar. Inilah salah satu ilustrasi di antara banyak kecerdasan Seondeok, yang menegaskan kemampuannya untuk memerintah
Ada dua cerita lain tentang kemampuan Seondeok yang tidak biasa. Ia bisa melihat kejadian sebelum orang lain. Dalam salah satu cerita dikatakan bahwa Seondok pernah mendengar kodok putih berbunyi di sebuah kolam dekat Gerbang Jade pada musim dingin. Seondok menafsirkan suara kodok ini sebagai serangan yang akan datang dari Kerajaan Baekche di barat laut (katak bernyanyi dipandang sebagai prajurit marah, sedangkan warna putih melambangkan barat dalam astronomi Silla, barat berarti bukit perempuan yang ditafsirkan sebagai gerbang Jade, atau berhubungan dengan perempuan).
Ketika Seondeok mengirim beberapa jenderal ke Lembah Wanita, mereka berhasil menangkap 2.000 tentara Baekje yang sedang beristirahat. Cerita kedua menceritakan tengtang perkiraan Seondeok di hari yang tepat, bahkan sampai ke jam dan menitnya atas kematiannya sendiri di usia 37 tahun. Saat memperkirakan itu, Seondeok meminta dimakamkan di sebuah bukit yang dianggapnya sebagai kaki Nirwana, di bukit Namsan. Tak lama setelah itu, beberapa biksu menafsirkan sebuah cerita dari ajaran Budha, bila diperhitungkan bukit tempat Seondeok dimakamkan adalah benar, sebagai salah satu dari kaki nirwana.
Susunan Keluarga Seondeok.
Seondeok meninggal dunia tanpa memiliki penerus. Mahkota kerajaan pun beralih kepada sepupunya Ratu Jindeok, yang memerintah tahu 647-654 Masehi.
Salah satu saudari Seondeok, Putri Chonmyoung, menikah Kim Yongchun (김용춘, 金龙春), putra Raja Jinju (진지왕, 真 智 王) Silla, yang memerintah 576-579 Masehi. Karena Jinji telah digulingkan, anaknya Kim Yongchun tidak berhak menjadi raja. Namun, Kim Yongchun memiliki peringkat "Tulang Murni"atau Seonggol yang berarti suci. Selain itu ia menikahi seorang putri, yang juga Seonggol, sehingga putra mereka, Kim Chunchu (김춘추 金春秋) dilahirkan dengan keturunan Seonggol. Ketika Ratu Jindeok meninggal dunia tanpa ahli waris , Kim Chunchu-lah yang dipilih sebagai raja ke-29 Silla, dan dikenal sebagai Raja Taejong Muyeol (태종 무열왕 太宗 武 烈 王) yang memerintah pada 654-661 masehi. Ia diceritakan sebagai raja paling melegenda, karena berhasil memimpin penyatuan Tiga Kerajaan Korea.
Berdasarkan beberapa catatan lain, adik Seondeok telah menjadi Ratu Seonhwa dari Baekje. Ia menikahi Baekje Raja Mu (무왕; 武王), yang merupakan raja ke-30 Baekje. Seohwa kemudian melahirkan seorang putra yang nantinya menjadi raja besar yang memerintah kerajaan Baekje, bernama Raja Uija. Ia kemudian digulingkan oleh Silla yang beraliansi dengan Kerajaan Tang di tahun 680 masehi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sangat bermanfaat, terimakasihhh
BalasHapusSangat bermanfaat, terimakasihhh
BalasHapus