Kamis, 23 Desember 2010
Saving Private Jae Hyeon
Beruntung sekali saya, 9 Agustus 2010 lalu dapat kesempatan berkunjung ke Desa Panmunjeom, Joint Security Area (JSA) perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara.Aturan yang ketat dan masalah kepemilikan paspor membuat tiga teman saya tidak bisa ikut ke tempat yang tidak semua orang bisa kesitu. Teman dari Thailand dan Pakistan tidak bisa ke sana dengan alasan Paspor sudah kadaluarsa.
Tapi yang satu lagi alasannya yang cukup aneh. Teman dari Korea tidak bisa masuk karena memakai rok pendek. Kenapa aneh, karena dia berkeras tidak mau menggantinya dengan celana panjang atau jeans. Kenapa perempuan yang berkunjung ke sana tidak boleh memakai pakaian pendek atau tidak berlengan? kata panitia yang mengajak saya, di Panmunjeom itu penghuninya lelaki semua, yang lagi wajib militer selama 3 tahun.
Selama itu mereka tidak pernah melihat perempuanberpakaian minim, semisal rok pendek, atau baju tanpalengan. "yeaah kami khawatir mereka bisa sedikitmmm..terganggu konsentrasinya ...," kata Kim dari 518 Foundation.--sayangnya kim tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan "terganggu konsentrasi" lebih lanjut.
Padahal menurut saya, tentara Korsel dan Korut itu cukup manis loh perilakunya.Mereka cuma diam aja kok kayak patung. Paling hanya ada satu orang yang iseng dadah-dadah ke saya, itupun sesudah saya meninggalkan perbatasan Panmunjeom menuju Imjigak. Ada juga aturan yang menurut saya rada aneh, dilarang melambaikan tangan selama kami berkunjung ke Panmunjeom. Kami harus berbaris dan melangkah bersamaan seperti tentara. Tapi, kami boleh mengambil gambar dengan kamera. "Sebab kalau melambaikan tangan dianggap memberi suatu tanda," kata Maria.
Dan yang paling aneh, kami tidak boleh memakai sepatu jenis Sneakers, tapi ada yang boleh memakai sandal.. aneh...apakah tentara Korut itu dari jauh bisa ya melihat kami pakai Sneakers? *mirip aturan dosen bahasa Belanda saya dulu--gak boleh pakai bolpen item*
Dari semua itu, yang paling manis adalah perkenalan saya dengan seorang prajurit berusia 23 tahun bernama Kim Jae Hyeon. Dia yang menjadi pemandu kami selama di 2 jam di Panmunjeom. Dia bilang sudah 1,5 tahun berdinas di JSA. Penampakan fisik cukup menarik, tingginya sekitar 185 sentimeter. Saya hanya sebahunya saja. Awal bertemu, dia nyaris tanpa ekspresi. Tidak pernah tersenyum, dan kaca mata hitamnya selalu nempel tuh di matanya. Bahkan, ketika dia memeriksa seluruh paspor rombongan saya. *saya cuma mikir, waktu itu kan mendung ya, apa dia keliatan?
Sampai pada giliran saya, dia memperhatikan cukup lama dari atas ke bawah, bawah ke atas. Mungkin karena hanya saya yang memakai jilbab. Tiba-tiba dia meminta saya menyingkirkan jilbab sambil menunjuk ke dada saya.."What..???" saya bilang, "Kurang ajar nih orang, maksudnye ape nih mas???" dalem hati saya udah sewot duluan. Tapi dia buru-buru bilang "I need to see you ID, please pull of your veil,".. ehehehe rupanya ID Card saya ketutupan kerudung, maaf deh ya mas.
Masih dengan muka dingin dan kaca mata yang tidak dilepas sama sekali, dia menjadi guide kami selama di Panmunjeom. Keluar masuk gedung biru, foto-foto di depan gedung biru, foto-foto ke arah Korea Utara, foto-foto dekat jembatan penyesalan, tetep aja itu kaca mata item kagak pernah dilepas.
Semua baru berubah dan lebih cair ketika kunjungan perbatasan selesai. Di tengah perjalanan menuju batas aman Panmunjeom, beberapa peserta jahil mengambil foto dia berkali-kali sambil bilang "smile..come on soldiers..smile". Kayaknya gak tahan juga, akhirnya dia senyum, dan ternyata manisssss... :D :D (tetep masih pake kaca mata item).
Sesampainya di tempat transit yang ada tokocinderamatanya, (kami harus berganti bus di sebuah tempat transit, ketika memasuki wilayah Panmunjeom) Si mas ini baru mencopot kaca mata hitamnya. Daaaaan, Masyaaa Allah, matanya sipit seperti saya, dan gak ada ganteng-gantengnya sama sekali.
Ketika saya lihat hasil foto bareng kami, saya bener-bener gak abis pikir... kok bisa ya mirip begini??? kalo di sinetron kayak keluarga yang terpisah dan lama gak ketemu. (sempet mikir jangan-jangan nih anak?? adik saya yang dibuang, apa gimanaa...gitu), Kami bener-bener mirip ... :(
Walaupun pertama kali bertemu, dan mungkin untuk terakhir kalinya, dalam hati kecil saya berharap, sodara dadakan saya itu selamat...dan perang saudara segera berakhir 김 재 현, 네가 너를 저장 바라요
Minggu, 14 November 2010
Pedang Tanpa Nama Untuk Myeongseong
Lady Myeongseong tidak pernah mau tunduk pada kekaisaran Jepang. Teman-temannya perempuan berbagai macam bangsa. Sahabatnya orang Perancis, yang memperkenalkannya dengan korset. Sikapnya itu membuat dia mati di ujung samurai intel Jepang tahun 1895, sebagai ratu terakhir yang ikut memerintah Korea setelah Seondeok dan Jindeok.
Meskipun terlahir bukan dari keturunan ningrat, kelakuan dan sikap Lady Myeongseong lebih mulia dari golongan ningrat. Sayangnya, Myeongseong punya suami Raja Gojong dari golongan ningrat yang sikapnya tidak ningrat sama sekali. Setelah dia terbunuh, Raja Gojong tidak pernah lagi kembali ke Istana Gyeongbok, istana langit yang terletak di pusat jantung kota Seoul ini tidak berpenghuni setelah Myeongseong terbunuh.
Sepenggalan sejarahnya difilmkan di "The Sword With No Name" tapi sayangnya, lebih ditonjolkan romance-nya dari pada sejarahnya. Sebagai penyuka sejarah, saya mendapatkan sedikit sekali informasi soal Myeongseong. Tidak seperti Seondeok, yang bahkan sampai bisa saya kunjungi makamnya di Gyeongju. Myeongseong hanya saya dapatkan infonya sekilas. Tapi informasi yang ada dalam wikipedia sangat jelas. Di wikipedia digambarkan kisah hidupnya yang dramatis, politis, separatis, sekaligus reformis yang berakhir di ujung pedang, seorang mata-mata Jepang.
Tapi saya suka, kisah percintaan Myeongseong dalam "The Sword of No Name". Kisah cintanya dengan pengawal pribadi yang bahkan mencintainya semenjak Myeongseong belum menjadi Ratu (saat masih memakai nama Min Ja Young). Seperti kebanyakan film-film Korea yang romantis banget, sedih banget, heroik banget dan terkadang lebay banget. Saya pun banjir air mata melihat Myeongseong mati pasang badan di depan tubuh Mu Myoung (body guard sekaligus
cintanya).
Mu Myoung (artinya tanpa nama, karena kisah percintaan mereka fiksi), sungguh pemuda idaman para perempuan. Pria bermuka lucu, gentleman, berbadan tinggi tegap, tapi polos. Cintanya untuk Myeongseong tidak pernah terbayar saat dia hidup. Cinta baru menunjukkan kekuatannya ketika mereka berdua menghadapi sakaratul maut (yah dari pada nggak sama sekali kan??? mungkin begitu pikir sutradara)
Kisah ini hampir mirip dengan sinetron Queen Seondeok dan Sangdadeung Bidam. Pas mereka mati, baru ada yang sadar salah satu dari mereka, kalau mereka saling mencintai (capee deeh).
Kembali ke track sejarah, film ini jadi mengingatkan saya akan kisah renovasi istana Gyeongbok. Istana langit ini sempat ditinggalkan raja dan keluarganya. Hingga dikuasai Jepang untuk beberapa tahun. Tapi, dengan keuletan abdi dalem dan para pegawai istana, Istana Langit itu tetap bisa berdiri. Dan setelah Korea merdeka, istana itu kini terbangun kembali.
Dalam sejarah asli yang digambarkan Misionaris Amerika, Lilias Underwood, bahwa Sang Ratu adalah perempuan yang sangat menonjolkan kecerdasan dan kekuatan karakternya, dari pada kecantikannya. Dia jarang menggunakan anting dan perhiasan di tubuhnya. Dia ikut berpolitik dan lawan politiknya yang paling besar adalah ayah mertuanya sendiri, yang bekerja untuk Jepang, Heungseon Daewongun.
Jumat, 12 November 2010
Sejong dan Istana Langit
Matahari di Seoul, bersinar gahar, menciptakan warna putih di tengah lapang. Sejumlah anak muda dan fotografer berhamburan di depan taman Sejong. Kebanyakan sibuk mengambil gambar patung besar Raja Sejong yang sedang duduk di atas kursi kekaisarannya.
Patung itu berada di pusat kota Seoul. Tepatnya berada pada titik persilangan antara Istana Gyeongbok di sebelah utara, Kedutaan Amerika di sebelah barat, Gedung Sejong Center di sebelah selatan, dan Center Government Complex Anex di sebelah barat.
Statuta Raja Sejong ini dibangun Pemerintah Korea untuk menghormati jasanya dalam penciptaan Hangul. Huruf yang hingga kini digunakan baik di Korea Selatan maupun Korea Utara. Museum Raja Sejong yang dibangun di bawah Sejong Park secara gratis menawarkan teknologi yang mempermudah mengingat sejarahnya.
Mulai dari film yang menceritakan perjuangan Raja Sejong menemukan huruf Hangul, hingga lukisan Raja Sejong yang dapat berbicara. Lukisan itu dibuat animator Korea lengkap dengan jubah, mahkota dan kursi kekaisaran. Sejong seolah-olah hidup, memiliki sorot mata, dan berkata-kata.
“Bahasa bangsa Han berbeda dengan bahasa bangsa Cina, huruf Hanja tidak sesuai dengan pengucapan bangsa Han, karena itu, rakyat tercinta saya yang belum bisa membaca tidak bisa menuangkan perasaan mereka ke dalam tulisan,” ucap Raja Sejong dalam sebuah lukisan tiga dimensi yang seolah hidup.
Lahir di tahun 1397, Sejong yang menjadi raja ke-4 di Dinasti Joseon khawatir rakyatnya tidak bisa mengekspresikan perasaan melalui huruf Hanja, huruf Cina yang biasa digunakan warga Korea saat itu untuk menulis. Kata-kata dalam lukisan hidup Raja Sejong itu merupakan pidato yang diucapkan Sejong saat pengesahan huruf Hangul di tahun 1443.
Dalam museum itu juga diceritakan bagaimana Sejong menciptakan huruf Hangul dengan meneliti fonetika dan cara pengucapan bahasa Korea oleh rakyatnya. Sejong kemudian menciptakan penampang kerongkongan manusia dari kayu, yang menggambarkan secara detail analogi dari kerongkongan dan pita suara.
Sejak itulah Raja Sejong tidak kesulitan mengidengtifikasi suara apa yang keluar dari mulut rakyatnya, dan diwujudkan dalam satu bentuk aksara. Misalnya ketika mengambil aksara Ka, sejong menggambarkannya dengan huruf berbentuk alur kerongkongan manusia. Alasannya suara Ka keluar dari kerongkongan dan langit-langit mulut.
Selain lukisan hidup Sejong, ada pula permainan game di museum tersebut yang menggunakan teknologi tiga dimensi. Permainan game itu berupa mengayuh perahu yang menceritakan peperangan Panglima Angkatan Laut, Yi Sun Sin melawan angkatan laut Jepang dengan kapal kura-kuranya.
***
Waktu menunjukkan pukul 14.00 waktu Seoul. Sudah saatnya penjaga Istana Gyeongbok bertukar tugas jaga. Lima belas orang pengawal berpakaian merah-biru-kuning bersiap melakukan apel. Sebelum ganti jaga mereka wajib patroli keliling istana dengan berbaris rapi, sambil memainkan musik tradisional Korea, Nongak Nori.
Irama musiknya tidak teratur, tapi langkah-langkah penjaga istana itu betul-betul rapi. Tidak ada satupun formasi yang terselip dari langkah mereka. Ekspresi peniup Daegeum (suling besar), pemukul Pungmul Janggo (genderang berbentuk jam pasir), dan Jing (Gong) semuanya sama. Rata, tidak ada satupun yang tersenyum.
Sekilas mata memandang, para penjaga istana terlihat sudah tua. Namun ketika beberapa orang sudah berganti kostum, mereka terlihat sama sekali berbeda. Penjaga istana itu adalah anak-anak muda berusia 20-30 tahun. Rupanya mereka berdandan dengan kumis-jenggot tempelan, serta baju yang berlapis-lapis agar terlihat lebih tua.
“Menjadi penjaga istana ini adalah kerja sampingan saya selain kuliah,” ujar salah satu penjaga istana bernama Han. Menurut Han, menjadi penjaga istana menghasilkan uang yang tidak banyak. Tapi keuntungan menjadi penjaga istana, dapat mengetahui lebih banyak soal sejarah dan budaya tradisional Korea.
Melamar segabai penjaga istana menurut Han tidak mudah. Ada persyaratan tinggi dan berat badan yang harus dipenuhi, layaknya seleksi militer. “Minimal tinggi badan harus 185 centimeter dengan berat proporsional,” ujarnya.
Kesehatan fisik dan mental penjaga istana juga harus di atas rata-rata. Meski tidak dituntut untuk berperang atau menjaga istana dalam arti sebenarnya, tapi para penjaga ini diwajibkan berdiri berjam-jam tanpa boleh bergerak sedikitpun. “Harus diam, menggaruk pun hanya boleh kalau terpaksa,” ujar Han.
Han mengaku, yang paling sulit dilakukan adalah harus berdiri diam, sementara pengunjung perempuan yang seusia dengannya mencoba menggoda ketika mengambil foto.” Padahal tidak diperbolehkan menyentuh penjaga istana dan ada petugas yang bekerja untuk memperingatkan hal itu ,” kata Han. “Namun masih saja ada yang mencoba bergelayut manja” tambah Han setengah tersenyum.
Kerja magang menjadi penjaga istana merupakan salah satu program pemerintah Korea Selatan melestarikan kebudayaan tradisional dan sejarah Istana Gyeongbok kepada anak muda di Seoul. Dampak globalisasi di Seoul menggeser sedikit cara berpikir muda-mudi di kota yang tidak terlalu heterogen itu. “Sekarang anak muda di Seoul lebih senang budaya Amerika dan Eropa, dari pada budaya sendiri,” ujar seorang Kakek bernama, Shin Hyun Jun.
Kehidupan muda-mudi Seoul yang simpel dan aktif memang membuat jarak dengan kebudayaan tradisional Korea yang cenderung ribet. Inilah yang dirasakan salah satu Mahasiswi Chonnam University, bernama Lynn Jong. Ia termasuk salah satu gadis yang paling enggan memakai pakaian tradisional Hanbok.
Lynn beralasan harga Hanbok mahal sekali. Satu set bisa mencapai 400 ribu Won. “Kalau aku lebih memilih tidak punya Hanbok, dari pada menghabiskan uang yang dikumpulkan berbulan-bulan, hanya untuk pakaian yang belum tentu setahun sekali dipakai, sudah itu dipakainya susah sekali, berlapis-lapis,” ujar Lynn.
Toh pemerintah Korea tidak kekurangan usaha untuk mengenalkan budaya tradisional Korea untuk anak muda di Seoul. Selain program magang sebagai penjaga istana, kunjungan gratis ke istana ,dan foto-foto pakai hanbok menjadi promosi paling moncer.
Lagipula, saat ini Istana Gyeongbok menjadi salah satu tempat pilihan paling romantis bagi muda-mudi Seoul untuk memadu kasih. Apalagi di depan salah satu bangunan Gyeongbok ada pendopo Hyangwonjeong, yang dikelilingi taman air , jembatan tua, dan pepohonan teduh. Padahal tempat itu tertutup untuk umum, tapi tetap saja banyak sekali pasangan yang nongkrong di situ.
Larangan itu sebenarnya karena jembatan melintang ke Hyangwonjong sudah sangat tua. Istana Gyeongbok sendiri dibangun tahun 1394 di atas lahan seluas 410 ribu meter persegi. Gyeongbok berarti Istana yang mendapat berkah dari langit. Istana ini dibangun saat Raja Taejo dari dinasti Joseon memerintah.
Istana ini adalah satu-satunya Istana Kerajaan Korea yang sejumlah bangunannya selamat dari aksi bakar-bakaran Jepang. Saat itu banyak sekali situs bersejarah di Korea yang dibakar Jepang dengan tujuan menghapus jejak Dinasti Joseon.
Keluarga kerajaan terakhir yang menempati istana ini adalah Raja Gojong dan Ratu Myeongseong.Saat itu, Ratu Myeongseong yang ikut menjalankan pemerintahan tidak pernah mau menurut pada Jepang. Akhirnya pada tahun 1895 ia dibunuh oleh intelijen Jepang. Usai insiden itu, Raja Gojong dan keluarga kerajaan lain tidak pernah balik lagi ke istana Gyeongbok.
Istana ini memiliki enam gerbang utama. Gwanghwamun, sebagai gerbang selatan. Heungnyemun dan Geunjeongmun sebagai gerbang dalam, Sinmumun sebagai gerbang utara, Geonchunmun sebagai gerbang timur, dan Yeongchumun sebagai gerbang barat.
Secara tidak langsung, Korea yang juga pernah berada dibawah kekaisaran Dinasti Tang, Cina mengadopsi bentuk istana ini dari Kota Terlarang di Beijing. Hanya saja, Kota Terlarang lebih besar delapan kali lipat bila dibandingkan istana Gyeongbok.
Pemugaran pertama kali terhadap istana ini dilakukan di tahun 1989. Saat itu masih banyak bangunan di Istana Gyeongbok yang belum terekonstruksi. Pemugaran kedua dilanjutkan pada tahun 1995. Saat itu dengan segala perdebatan , gedung Pemerintahan Jepang yang dulu sengaja dibangun di dalam kompleks Istana Gyeongbok langsung dihancurkan.
Di atas bekas lahan gedung Pemerintahan Jepang itulah rekonstruksi ulang gerbang dalam Istana Heungnyemun dilakukan. Dari hasil pemugaran terakhir tahun 2009, 40 persen bentuk asli Istana Gyeongbok sudah berhasil dibangun kembali. Hampir sama seperti 8 abad yang lalu, ketika Raja Taejo membangun 330 bangunan dan 5.792 kamar di dalamnya.
*tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tempo loooh hehehee
Sabtu, 30 Oktober 2010
Dijaga Cheonmacong Si Kuda Terbang
Cheonmacong, berarti kuda terbang dengan delapan kaki. Nama ini diambil dari sebuah lukisan yang terpahat di salah satu makam. Menurut mitologi Korea, kuda terbang ini menjaga makam beserta harta kerajaan yang tersimpan didalamnya.
Di dalam komplek Cheonmachong ini ada 41 makam keluarga kerajaan yang belum semuanya selesai diekskavasi. Hanya satu makam yang sudah selesai, dan dibuka untuk umum. Saat itu yang ditemukan pertama kali adalah fosil manusia masih mengenakan mahkota dan sabuk emas kerajaan.
Meskipun penduduk Gyeongju mengetahui ada berbagai macam harta berharga milik kerajaan yang terkubur di makam-makam itu, tidak ada satupun yang berani menggali dan mencuri didalamnya.
Padahal banyak makam di luar komplek Cheonmachong yang bersebelahan dengan rumah penduduk, pertokoan, penginapan, bahkan pom bensin. Bentuk makam itu tetap sama dengan ratusan abad lalu. Dan jika kita berjalan melewati makam-makam itu, seperti berloncatan di masa lalu.
Hmmm dan saya jadi teringat, kemarin, saat memperbaiki makam Ayah saya, saya sempat berpikir, apakah di dalam sana, Ayah merasa seperti di Cheonmachong? kalau iya, syukurlah Tuhan. Jaga dia, lapangkan makamnya, perindah di dalamnya, terima amal ibadahnya, dan jauhkan ia dari siksa api neraka ...
^_^ hope u well Aboji..wish that horse will guard you too
Senin, 05 Juli 2010
Mari Berselancar di Youtube Khusus Warisan Budaya
Salah satu negara yang paling rajin mendaftarkan warisan budayanya ke UNESCO adalah Korea Selatan. Hingga saat ini sudah tercatat lebih dari 70 jenis warisan budaya baik berupa bangunan, masakan, pakaian, alat-alat penunjang kehidupan, karya seni yang sudah mereka daftarkan.
Pemerintah Korea Selatan sangat serius dalam hal melestarikan warisan budaya mereka. Tidak hanya didaftarkan ke UNESCO, pelestarian budaya bagi pemerintah Korea Selatan juga berarti melestarikan ketertarikan bangsa sendiri dan bangsa lain terhadap sejarahnya.
Kini, budaya Korea dan berbagai macam warisannya dapat diunduh di youtube dengan bentuk penampang halaman yang berbeda. Bila kita klik www.youtube.com/user/koreanheritage, maka penampang yang ada bukan lagi youtube biasa, yang penuh dengan berbagai macam iklan dan unggahan video tidak jelas.
Kini situs tersebut sudah langsung memberikan penampakan Istana Gyeongbok dengan atap khasnya. Ada pula gambar seorang pemukul beduk khas Korea yang menggunakan pakaian adatnya. Mudah sekali mengunduh berbagai macam situs warisan budaya yang ingin kita lihat di sana. Kita tidak perlu pusing mencari nama situs yang sulit dieja.
Karena dalam Youtube Korean Heritage, otomatis video tentang warisan budaya akan memutar sendiri sesuai urutannya. Lebih asyiknya lagi, Youtube Korean Heritage ini tidak dikotori dengan berbagai macam iklan dan video unggahan yang tidak jelas.
Tapi bagi saya yang paling menyenangkan adalah, banyak sekali unggahan tentang Silla The Old Capital of Korea. Daerah ini juga didaftarkan sebagai world culture heritage oleh UNESCO. Buat saya, daerah ini memiliki magnet tersendiri untuk dikunjungi.
Penggalian berbagai macam situs bersejarah disini banyak sekali. Setiap makam keluarga kerajaan yang berjejer membentuk bukit rumput menyimpan misterinya sendiri. Tidak seperti warisan budaya lain yang mengalami rekonstruksi, makam keluarga kerajaan Silla sudah dari sananya seperti itu. Setiap makam memiliki cerita sendiri yang belum selesai tereksplorasi. Inilah yang menjadi mimpi saya, mengeksplorasi yang ada di sana dan membuka semua fakta yang tersimpan disana ... Gyeongju here I come !!!
Selasa, 29 Juni 2010
APADO GWENCHANAYO (It’s Ok Even If It Hurts) - Seohyun (SNSD) Kim Soo Ro OST.
눈이 멀어도 괜찮아요
숨이 멎어도 괜찮아요
한번만 그대 볼 수 있다면
내 맘 모두 줄 수 있다면
내가 얼마나 더 그리워해야
그대 내 맘 알 수 있나요
내가 얼마나 더 울고 울어야
눈물이 마를 수 있나요
그댈 사랑해서 아픈 건가요
너무 사랑해서 벌 받는 건가요
비록 내 모든 걸 잃는다 해도
그대 하나면 그거면 되요
그 댈 사랑하다 마음을 베여도
그대 기다리다 가슴 다 헤져도
괜찮아요 사랑하니까
난 아파도 괜찮아요
그댈 잊으려고 돌아설수록
보고 싶은데 어떡해요
자꾸 안 된다고 막아설수록
그대 뿐인데 어떡해요
그댈 사랑해서 아픈 건가요
너무 사랑해서 벌 받는 건가요
비록 내 모든 걸 잃는다 해도
그대 하나면 그거면 되요
그 댈 사랑하다 마음을 베여도
그대 기다리다 가슴 다 헤져도
괜찮아요 사랑하니까
난 아파도 괜찮아요
내게 독이 되고
가시가 되어도
그대를 향한 사랑
거둘수 없죠
언제까지라도 기다릴게요
아프고 아파도 나 견뎌낼게요
내가 그대를 더 사랑하니까
눈물 나도 괜찮아요
아파도 괜찮아요
Romanization
Nuni meoreo do ~ gwaenchanayo
Sumi meojeo do ~ gwaenchanayo
Hanbeonman geudae ~ bolsu-it damyeon
Nae mam modu julsu itdamyeon
Naega eolmana deo ~ geuri wohaeya
Geudae nae mam alsu-it nayo
Naega eolmana deo ~ ulgo ureoya
Nunmuri mareul ~ su-itnayo
Geudael saranghaeseo ~ apeun geon ~ gayo
Neomu saranghaeseo ~ beol batneun geon gayo
Birok nae modeun geol ~ ilneunda haedo
Geudae hanamyeon ~ geugeomyeon dweyo
Geudael saranghata ~ ma-eumeul be-yeodo
Geudae gidarida ~ gaseum dahe jyeodo
Gwaenchanayo ~ sarangha nikka
Nan apa do gwaenchanayo
Geudael ijeu lyeogo ~ doraseol surok
Bogo sipeunde ~ eotteokaeyo
Jakku andwen dago ~ magaseol surok
Geudae ppuninde ~ eotteokaeyo
Geudael saranghaeseo ~ apeun geon ~ gayo
Neomu saranghaeseo ~ beol batneun geon gayo
Birok nae modeun geol ~ ilneunda haedo
Geudae hanamyeon ~ geugeomyeon dweyo
Geudael saranghata ~ ma-eumeul be-yeodo
Geudae gidarida ~ gaseum dahe jyeodo
Gwaenchanayo ~ sarangha nikka
Nan apado gwaenchanayo
Naege togi dwego ~ gasiga dwe-eodo
Geudaereul hyanghan sarang ~ geotulsu eopjyo
Ooh~~!
Anjekka jirado ~ gidaril geyo
Apeungo apa do ~ na gyeondyeo nael geyo
Naega geudaereul deo ~ sarangha nikka
Nunmul nado gwaenchanayo
Apa do gwaenchana~yo
ENGLISH TRANSLATION:
It’s okay even if i cant see .
It’s okay even if i cant breathe .
If i could meet you only once .
If i could give you all my heart .
How much more do i have to miss you ?
So that maybe you could know my heart .
How much more do i have to cry and cry ?
So that tears could be dry .
Chorus :
Does it hurt because of loving you ?
Is it the punishment of loving you so much ?
Even though you say that i can lose everything .
It’s okay if i just have you to be with me ..
Even if my heart is broken when loving you .
Even if my heart is seperated when waiting for you .
It’s okay because i love you
It’s okay even if i get hurt ..
The farther i turn away so as to forget you
The more i miss you .. How can i do .. ?
Even when you keep telling me it’s not right just to keep me away from you .
You are the only one to me .. How can i do .. ?
*Back to chorus *
Even if i get poisoned and pricked .
My love for you just cant stop …
I will wait for you until whenever ..
I will endure even if it hurts and hurts .
Because of loving you more .
It’s okay if tears fall down .
It’s okay even if it hurts ..
Kamis, 24 Juni 2010
Gyeongju
Sejarah telah menorehkan penanya di Gyeongju, Provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan. Kota indah ini merupakan kompleks kota dengan peninggalan arkeologi dan sejarah kuno Kerajaan Silla. Meskipun saya belum pernah ke sana, tapi mendengar nama dan membaca pengetahuan mengenai Gyeongju membuat saya selalu bermimpi bisa kesana.
Maka saya memutuskan untuk mempersembahkan Gyeongju City menjadi pembuka tulisan saya. Semuanya saya referensikan dari berbagai macam situs, blog dan tentu saja wikipedia. Memang untuk tulisan pembuka, Gyeongju yang saya buat kurang begitu lengkap. Namun saya mencoba mendeskripsikan Gyeongju, meskipun ini tidak adil dalam prinsip kelengkapan informasi.
Wikipedia
Gyeongju adalah sebuah kota dan tujuan pariwisata yang menonjol di sebelah timur Korea Selatan. Kota ini terletak di sudut tenggara Provinsi Gyeongsang Utara, di pesisir Laut Jepang (Laut Timur). Kota-kota tetangganya termasuk Ulsan dan Pohang, dua pusat perindustrian yang besar. Sejumlah pegunungan yang rendah di kawasan luar Barisan Pegunungan Taebaek terhampar di sejumlah tempat di kota ini.
Gyeongju adalah ibu kota kerajaan kuno Silla, suatu hal yang menyebabkan kota ini memiliki posisi yang menonjol. Kerajaan Silla muncul pada akhir milenium ke-1, dan menguasai hampir seluruh Semenanjung Korea dari abad ke-7 hingga 9. Sejumlah besar situs dari periode ini hingga kini masih dapat kita temukan di Gyeongju. Setelah kerajaan Silla runtuh, kota inipun turut menurun kepentingannya.
Gyeongju kini adalah sebuah kota berukuran menengah yang umum. Meskipun tren ekonomi, kependudukan, dan sosial yang telah membentuk Korea Selatan modern juga terlihat pengaruhnya di kota ini, Gyeongju masih mampu mempertahankan jatidirinya tersendiri. Dalam bidang pariwisata, kota ini adalah salah satu tujuan pariwisata yang paling terkenal sedangkan dalam bidang perindustrian, kedekatan dengan pusat perindustrian seperti Ulsan pun turut menguntungkannya. Gyeongju terhubung dengan jaringan kereta api dan jalan bebas hambatan nasional yang memfasilitasi lalu lintas perindustrian dan pariwisata.
Dari hasil pemaparan Wikipedia itu, saya selalu bercita-cita mencapai Gyeongju. Kota ini sudah masuk dalam mimpi saya yang kesekian kalinya. Candi, Pagoda, Gua, Bagaimana keluarga kerajaan dimakamkan di sana, angin, batu dan bunga-bunga yang ada ribuan tahun lalu...semua bagian terpotong-potong itu membuat dimensi sendiri di bagian lain otak saya. Saya ingin sekali ke sana. Obsesi yang membuat sakit jiwa, hanya karena saya ingin merasakan angin dan udara yang sama dengan ribuan tahun lalu....